Jambi, Kominfo –  Kementerian Komunikasi dan Informatika mengimbau anak muda bijak  memanfaatkan media sosial dan menjaga persatuan bangsa. Pasalnya, ada banyak penyalahgunaan media sosial dengan cara menyebarkan hoaks dan mengakibatkan perpecahan dalam negara.

Hal itu disampaikan oleh Direktur Tata Kelola dan Kemitraan Komunikasi Publik Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik, Selamatta Sembiring saat membuka Forum Dialog dan literasi Media Berbasis Islam Wasathiyah di Swiss Belhotel Jambi, Selasa (18/9/2018).

“Hati-hati dalam menggunakan medsos, karena didalamnya banyak berita hoaks dan ujaran kebencian yang sangat berbahaya. Jangan salah menggunakan media sosial karena akibatnya bisa memecah negara," ungkap Sembiring.

Berita hoaks, ujaran kebencian, adu domba dalam pandangan Sembiring marak beredar di media sosial. "Berbahaya dan tidak boleh kita sebarluaskan. Kita bisa ambil contoh Arab Spring. Dalam konteks bernegara, kita bisa hancur jika berita hoaks dan ujaran kebencian marak,” papar Sembiring.

Menurut Sembiring, saat ini di Indonesia terdapat 130 juta pengguna media sosial aktif, dimana sebagain besar yang mengakses adalah generasi milenial. Oleh karena itu, ia mengajak generasi milenial untuk cermat atas konten yang disebarkan melalui media sosial.

“Isi media sosial menurut data Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan menyebutkan bahwa 90,30% berisi berita bohong, 21,60% Informasi bersifat menghasut, 59% informasi tidak akurat,” ungkap Sembiring menjelaskan hasil penelitian tentang isi media sosial yang didominasi oleh berita hoaks dan ujaran kebencian.

Bijak dan Saring Informasi

Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jambi M. Yusuf Mu’as mengharapkan umat islam bijaksana dalam menggunakan media sosial.

“Kita sebagai umat islam harus bijaksana dalam menggunakan media sosial, apalagi tahun depan kita akan memasuki pemilihan legislatif dan pemilihan presiden, yang akan diramaikan berita hoaks, ujaran kebencian dan berita tidak benar. Mari bersama-sama kita lakukan tabayyun atau cek dan re-check terhadap berita yang kita dapat,” harap Yusuf.

Lebih lanjut Yusuf mendorong masyarakat agar dapat menyaring informasi sebaik-baiknya. “Untuk identifikasi informasi kita perlu mengetahui sumbernya, apakah punya otoritas atau tidak. Selain itu kita juga harus bisa menyaring berita, jangan menyebarkan berita yang mengandung kekejian dan penghinaan. Dalam Islam, jika dapat kabar yang belum jelas diharapkan untuk melakukan tabayyun,” ujarnya.

Dalam Forum Dialog dan literasi Media Berbasis Islam Wasathiyah “Taat Beragama, Bergaul Harmonis, Sopan Berkomunikasi” juga diselenggarakan  forum diskusi Fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor 24 Tahun 2017 tentang Bermuamalah di Media Sosial oleh Ketua Komisi Dakwah MUI Pusat Muhammad Cholil Nafis dan workshop literasi media melalui video blogging (Vlog) kreatif dengan narasumber Rulli Nasrullah. (VE)

Sumber